lulus "ujian"

Tahun ini 2019, hari raya idul fitri jatuh pada hari rabu, 5 juni, alhamdulillah tidak ada berita kontroversial di sosmed atau tv (hmm atau saya gak ngerti karena jarang lihat tv akhir-akhir ini)

berbeda dari tahun sebelumnya dimana masih ada adik lia, atau tahun sebelum-sebelumnya ketika, keluarga kami masih lengkap, masih ada bapak dan adik, semoga bapak dan adik selalu dinaungi rahmat dan ridlo Allah, aamiin.

seperti biasa, kita sholat ied di masjid darul falah ... ada dikit janggal sih ... shof di masjid dan di jalan (luar masjid) agak sedikit berbeda -- mungkin pengaruh film sang pencerah -- dan kalibrasi arah kiblat -- kalau saya sih, enjoy saja, gak ngerti dalilnya -- kiblat kan ke arah2 masjidil harom, jadi gak harus lurus-rus ke ka'bah, yg penting usaha ... -- bahkan ada yg menarik ketika haji dulu, ketika bingung arah kiblat, ada jama'ah yg menyarankan, tuh lihat jam besar (dekat masjidil harom) -- walau difikiran jelek saya dulu, loh, kiblatnya dah ganti ke jam ta???

setelah sholat ied, dilanjutkan dengan khutbah oleh H. Amanulloh, salah satu pembahaaannya adalah labur, lebar, lebur dan luber.

terselip sih fikiran ...

kita bahagia ya dengan idul fitri, setelah romadlon, dijanjikan diampuni semua dosa dan dibebaskan dari api neraka, kembali ke fitri -- kembali merecall romadlon ini, pantaskah ?

apakah sudah pantas "mendapat hadiah" tersebut dengan kualitas kehidupan dan prilaku juga buruknya hati ini selama romadlon, bulan "ujian"? kita sangat merasa sekali telah menjadi orang fitri, orang suci ... tapi mwlana selalu gembira setelah romadlon, seperti memberikan selamat atas kefitrahan dan pahala yg telah diperoleh atas usaha di bulan romadlon. Begitu pemurahnya ya Allah, menerima dan memberikan pahala atas puasa kita yg masih kotor (terutama hati), atas ibadah2 yg kurang sempurna dll

fikiran melayang .... kemaren, kelulusan. mungkim setiap kelulusan, terkadang berfikir, sebagian anak2 ini loh, kalau dilihat standar kompetensi yg diharapkan pemerintah belum memenuhi, tapi tetap mereka lulus, dan mereka juga bahagia dg kelulusannya, walau mereka menyadari bahwa masih kurang dalam memenuhi standar kelulusannya ... mereka tetap bahagia -- mereka tidak mengerti perjuangan para gurunya agar "dengan keadaannya" mereka mendapatkn kelulusan tersebut ...

kita tetap bahagia .... analog dg mereka, kita tetap bahagia, merasa berhak atas pahala dan kesucian yg dijanjikan, walau terkadang lupa bahwa itu karena kemurahan Allah barokah dari masyayikh.

Mari ikut berbahagia dg kelulusan diri sendiri dan para murid semua, semoga setelah "sekolah" ini, Allah menganugrahkan kehidupan yg lebih baik penuh berkah dan manfaat, semua yg terjadi hanya dengan irodah Allah.


Apa yg kita lihat hanya yg terlihat dan teramati, masih banyak yg tidak dapat teramati dan lebih banyak lagi ketidak tahuan kita akan masa depan.




0 Response to "lulus "ujian""

Posting Komentar