kemampuan adaptasi manusia

Alih-alih Terbasmi, Covid-19 Bisa Menjadi Flu Musiman
Sunday, February 14, 2021       14:58 WIB

Ipotnews - Banyak ahli memperkirakan Covid-19 'akan bertahan' dan virus korona akan berubah menjadi penyebab gejala penyakit yang sama seperti flu biasa
Para ahli terus mempelajari tentang Covid-19 karena terus menular ke seluruh dunia, menyebabkan tingginya rawat inap dan angka kematian di beberapa negara.
Sejak pandemi dimulai, publik awalnya berharap bahwa vaksin bisa membasmi virus dengan membantu dunia mencapai kekebalan kawanan. Namun para pejabat kini mulai memperingatkan akan kemungkinan bahwa virus tersebut bisa kembali setiap tahun laiknya flu.
Sekarang, lebih banyak penelitian tentang Covid-19 mengungkapkan virus penyebab Covid-19 bisa saja terus di antara komunitas untuk selamanya, tetapi tidak dengan tingkat infeksi dan kematian seperti pandemi saat ini.
"Virus korona ini akan tetap ada," kata Dr John Brownstein, kepala bagian inovasi di Boston Children's Hospital ketika berbicara dengan ABC News. "Pemberantasan virus korona baru ini pada dasarnya merupakan hal yang mustahil," imbuhnya seperti dikutip laman independen.co.uk, Sabtu (13/2).
Prediksi Dr Brownstein sejalan dengan studi terbaru yang mengatakan SARS -CoV-2 - virus yang menyebabkan Covid-19 - pada akhirnya tidak dapat lebih menular daripada flu biasa. Virus ini akan muncul kembali secara musiman bersama patogen virus korona lainnya dalam bentuk gejala ringan.
Akan tetapi situasi itu akan bergantung pada Covid-19 yang menjadi endemik, para peneliti dari Emory University di Georgia dan Penn State University mengatakan, yang berarti virus tidak lagi menyebabkan wabah besar-besaran atau penyakit serius secara konsisten di dalam komunitas.
"Berapa lama waktu untuk mencapai keadaan endemik semacam itu, tergantung pada seberapa cepat penyakit itu menyebar, dan seberapa cepat vaksinasi diluncurkan," kata penulis utama studi Jennie Lavine kepada The New York Times. "Jadi benar bahwa nama permainan ini adalah membuat semua orang mendapatkan vaksin untuk pertama kalinya secepat mungkin," Lavine menambahkan.
Covid-19 berdampak buruk pada sistem kekebalan orang dewasa karena patogen ini tidak dikenali, sehingga tubuh tidak dapat menggunakan sistem kekebalan untuk melawan virus baru.
Namun respon tanggapan manusia terhadap virus kemungkinan akan berubah, karena semakin banyak orang dewasa yang menerima vaksin Covid-19, atau secara alami tertular virus, membantu mereka membentuk kekebalan terhadap patogen. Hipotesis studi tersebut adalah, kondisi ini kemudian akan mengubah reaksi terhadap infeksi di masa mendatang, sehingga menjadi lebih dekat dengan flu biasa.
Anak-anak, di sisi lain, belum terpengaruh oleh virus baru dibandingkan dengan orang dewasa karena tubuh mereka terbiasa ditantang oleh patogen yang tidak diketahui. Pada akhirnya, para peneliti mengantisipasi bahwa itu virus kemungkinan hanya akan menjadi perhatian anak-anak berusia 5 tahun ke bawah.
Studi ini mengamati enam virus korona pada manusia, dimana empat di antaranya menyebar di antara manusia dan hanya menyebabkan gejala ringan. Dua lainnya adalah sindrom pernapasan akut ( SARS ) dan sindrom pernapasan Timur Tengah ( MERS ), yang muncul pada tahun 2003 dan 2012. dan mengakibatkan tingkat infeksi dan kematian yang tinggi tetapi tidak menyebar secara luas.
Dr Levine dan timnya berhipotesis bahwa Covid-19 paling mirip dengan virus korona dingin endemik, yang berarti virus itu dapat muncul kembali secara musiman, alih-alih menghilang sama sekali.
Vaksin dapat mengubah pergerakan virus baru, tergantung pada seberapa cepat masyarakat menerima pengobatan dan kemanjuran suntikan.
Jika vaksin bisa mencegah orang menularkan virus, berarti masyarakat harus menerima suntikan sekali saja seperti vaksin campak. Tetapi jika suntikan vaksin tidak mencegah penularan, maka diperlukan booster setiap tahun untuk mencegah infeksi.
"Cenderung tidak mungkin bahwa vaksin yang kita miliki sekarang akan memberikan kekebalan yang mensterilkan," jenis yang diperlukan untuk mencegah infeksi, kata Jennifer Gommerman, ahli imunologi di Universitas Toronto, dalam wawancara dengan The New York Times.
Dr Levine dan timnya memperkirakan vaksin tidak akan dapat memberantas Covid-19, sehingga meninggalkan virus sebagai patogen permanen, tetapi tidak terlalu mematikan di Bumi. (independent.co.uk)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM

------------++--+--+-+-++++-+--+-+-+----



pandangan yg menarik, mungkin banyak penyakit yang telah kita anggap "biasa" sekarang, di zaman dulu merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan mematikan, namun seiring waktu lingkungan berubah, manusia berubah, pengobatan juga berubah ....

subhanalloh, alam ini sudah terdesain begitu rupa, sehingga ketika suatu siklus berubah atau rusak maka akan ada siklus baru yang terbentuk, makanya ada yang berpendapat bahwa takdir itu "ditentukan" oleh manusia, karena Allah telah menyiapkan semua cabang, kita milih cabang satu maka ada beberapa cabang lagi di depan, selalu ada pilihan, dan pilihan itu akan memicu pilihan lainnya, swhingga rantai takdir terbentuk karena "pilihan" kita ... tidak akan ada desainer atau programer yang sanggup menyiapkn begitu banyak sekenario atas semua kejadian .... dan takdir kita, semua tetap terliputi dalam ilmuNya

0 Response to "kemampuan adaptasi manusia"

Posting Komentar