Malam. Saat matahari tak terlihat. Saat bintang dan lampu kota berlomba siapa yang paling terang. Saat sang simbol kesetiaan yaitu bulan terlihat jelas. Dan sesaat setelah aku membaca sayembara, aku menulis ini. Malam memang waktuku untuk menulis seperti dulu saatku menulis euforia tentangmu. Dan malam... ah, ia memang selalu menyimpan banyak hal termasuk anganku tentangmu-dulu. Kini, ku rasa malam telah berkhianat, ia mulai memancingku agar membongkar-bongkar bungkusan yang kugunakan untuk menyimpanmu, menyimpan anganku.
Sebelum aku menulis lebih jauh tentangnya. Aku ingin menyapanya yang ada di sana, yang selalu berada di sana meski kita saling berhadapan ataupun bersisihan. “Hai, apa kabar kamu mas? Lama tak melihat wajahmu, mendengar suaramu, terbayang sosokmu dan bersikap jaim padamu. Dan lama, aku merasa waktu bergerak perlahan ketika bungkusan tentangmu telah tersimpan rapi entah dimuseumkan dimana.”
Ah, ingatanku kembali setahun, atau bahkan dua-tiga tahun lalu, jujur aku lupa tepatnya. Tapi yang ku ingat saat aku mulai tak menyukai ada banyak orang yang membicarakanmu, menyanjungmu, mengidolakanmu, dan bahkan berobsesi memilikumu. Aku tidak menyukainya. Jaminan, aku pasti langsung mendengus kesal ketika mengetahuinya. Saat itulah ku tahu ada perasaan lain yang menyelimuti hatiku terhadapmu.
Perasaan. Aku bingung menjabarkannya. Bagaimana rasa itu hadir. Bagimana keyakinan itu penuh sebagai sebuah perasaan-rasa cinta. Bukan lagi adik terhadap kakaknya, bukan lagi seorang murid kepada tutornya. Tapi seorang wanita yang menyukai pria, seorang perempuan yang telah tau makna cinta dan dipersembahkan cinta itu pada orang yang dicintai.
Memang ingatanku tak bisa untuk mengingat kapan aku dengannya bertemu tapi ada sebuah keyakinan aku bertemu dengannya di pondok tempatku dengannya sama-sama mencari ilmu agama, namun jika keyakinan itu salah maka maklumi dan aminkan saja bahwa tempat tersebut adalah tempat dimana aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya.
Aku tahu ada sebuah fakta antara aku dengannya yaitu kita masih mempunyai ikatan kekerabatan tapi aku tidak peduli karena bagimanapun ikatan itu kita bukan mahram, kita sama-sama halal untuk menikahi satu sama lain.
Nb. 10/28/2014
0 Response to "Sayembara"
Posting Komentar