tgl 8 januari kemaren, SMK Al Amin mengadakan kunjungan industri (KI), diawali sebelum berangkat, "sowan" kepada sesepuh desa di makam umum Rungkut Menanggal, kwmudian ke Surya di daerah sier.
oleh pembimbing, beliau menjelaskan bahwa, karena masih pagi, maka bagian editor belum datang, karena para wartawan masing keliling mencari warta, sehingga tidak dapat berkunjung dibagian editing, bukanya sore, sehingga hanya keliling dan diberi penjelasan di bagian percetakan, beda dg beberapa tahun sebelumnya ketika kunjungan disitu, karena datang sore, masukny ke editing tidak ke percetakan.
dilanjutkan langsung ke malang, ke cakrawala creative, tempatnya tidak terlalu besar, padahal yg prakerin di sana mulai dari makasar hingga banyuwangi, ada yg magang sampai hampir 1 tahun, pak elang menjelaskan bahwa yg magang disana akan diberikan kurikulum sendiri sesuai pekerjaan perusahaan, ada kelas 2 jam setiap hari kemudian dilanjutkan praktek, dipersilahkan menginap ditempat yang telah disediakan (seadanya).
dilanjutkan refreshing di alun-alun Batu sebelum pulang.
tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan ...
sesampainya di rumah, mendapat cerita dari istri bahwa ada teman kerjanya ada yang menyukai lagu yang "aneh"
liriknya ....
nu na hi nu na hi nu, hiya
a a a a
judulnya kasih sayang kepada ibu oleh mawang ... ngerti dari browsing dg membawa penasaran ...
dalam keterangan artikel, wawancara dg mawang, menyebutkan bahwa salah satu alasannya adalah karena kasih sayang dan cinta kepada ibu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
lah ini titik poin yang menggugah saya, dulu ketika ziarah, melihat dan mendengar berbagai "gaya" dzikir orang-orang, dikit terusik dan malah ilfil, su'udzon keluar, tapi dalam perjalanannya ... pengungkapan rasa hati terkadang sangat sulit di ungkapkan dengan kata-kata atau dengan gerak, sehingga muncul "kalimat atau gerakan" aneh ketika pengungkapan ...
bahkan sambil berkelakar pk mada beri saran ke pak jamal, kalau pean ingin ngerti rasa sholawatan, maka coba nikmati lagu metalika (bukan nasehat yang boleh ditelan mentah-mentah)
jadi jika kita melihat hal "ganjil" dalam orang berdzikir, mengingat Allah, maka berhusnudzon saja bahwa mereka sedang berdzikir dengan rasa, sedang kita hanya sekedar dzikir dengan kalimat formal tanpa rasa ... tapi catatan utama ... mereka berdzikir dengan rasanya, maka kita tidak boleh menirunya ... jika meniru malah salah dan lebih mudah terjerumus dengan kesesatan ... kita berdzikir sesuai dengan ilmu yang kita ketahui yang diajarkn dengan kita ... ndk perlu mengada-ada,
insyalloh dengan mendawamkan dzikir lisan, hati dan rasa pun, secara perlahan akan beresonansi, tubuh juga akan beresonansi, ekspresi jiwa pun tiap orang dapat berbeda ...
semoga kita semua diberikan anugrah selalu tenggelam dalam dzikir (mengingat Allah dan Rosululloh), aamiin
0 Response to "bahasa tanpa kata-kata"
Posting Komentar