HARI
Kita bertemu banyak orang setiap hari. Aku juga bertemu denganmu di hari itu. di hari di mana aku melupakan nama harinya. Di hari dimana aku anggap kamu seperti orang-orang yang setiap harinya ku temui. Wajar.
Hari ini aku bertemu denganmu lagi. di tempat yang sama seperti pertemuan awal itu, ku rasa begitu. Karena ingatan itu sudah mulai mengabur.
Ku fikir, kamu akan datang dengan membawa bunga, boneka atau cokelat, tapi nyatanya? Sepucuk surat.
“Aku harus pergi,” kataku cepat sebelum pembicaraan dimulai dan bahkan sebelum aku membuka surat tersebut. Aku tahu isinya, matamu telah bercerita. Kamu harus pergi.
*****
De javu. Hari yang bernama Selasa datang. Aku pergi untuk menemui seseorang yang tentu saja bukan kamu. Dia seorang perempuan. Aku mengenalnya begitupun kamu. Kamu ingat? banyak kesamaan antara kamu dengannya, utamanya situasi pada hari ini. Hari yang sama dimana dulu sebelum kamu pergi aku telah pergi terlebih dahulu meninggalkanmu.
Ironis. Dia juga akan pergi.
Matanya sedih. Berbeda dengan kebiasaannya. Aku ingat, mata itu sama dengan mata perempuan lainnya saat ia akan beranjak pergi.
Aku tidak melakukan hal sama. Aku hanya menggenggam tangannya untuk memberinya kekuatan. Ah, tidak bukan hanya dia tapi aku juga. Perpisahan ini juga berat untukku.
*****
“I’m happy for you,” kataku sambil memeluk Diana, teman SMAku yang kamu kenal juga. Kamu pernah tertawa dengannya mendengarkanku bercerita. Kini dia akan pergi bersama suaminya ke luar negeri.
Dan di hari ini, dia juga pergi.
*****
“Mereka pergi,” gumamku.
“Kamu terlihat sedih? benar begitu?”
Ku alihkan pandanganku. Meja kerja yang sisi kirinya terdapat kertas-kertas penting. Di sampinya ada jam meja berwarna hitam yang menyatu pigora berisi fotomu. Ada pula laptop yang tertutup serta secangkir gelas yang masih ada isi air putih tinggal setengah.
“Mungkin benar katamu,” jawabku sambil menengadahkan kepala. Ku tutup mataku sejenak. “Tapi beberapa saja,” lanjutku sambil membuka mataku kembali.
“Beberapa? Bisa kamu sebut ”
“Apa yang kamu lakukan setelah mereka pergi?”
“Tidak ada.”
“Apa mereka begitu berarti buat kamu?”
“”
Kamu tidak bisa menghentikan agar mereka tidak pergi. Tapi kamu bisa mengikhlaskan mereka. karena dengan begitu kamu bisa membuka peluang seseorang menggantikan posisi mereka. di hatimu dan diharimu.
Nb. 9/4/2015
0 Response to "HARI"
Posting Komentar